SRAGEN - Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu) Sragen mampu mengumpulkan hingga 11.000 kaleng rendang daging yang diolah dari hasil kurban Hari Raya Idul Adha 1442 H.
Hal itu sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19.
"Di Sragen sendiri, kami berhasil menyumbang Rp500,8 juta atau sekitar 12% sendiri. Sehingga, Sragen kembali menjadi pengumpul dana kurban terbesar tingkat Nasional. Tahun lalu, kami berhasil mengumpulkan Rp385 juta," terang Direktur Eksekutif LazisMu Sragen, Ronny Megas Sukarno, Rabu (21/7/2021).
Ronny mengaku, memasuki tahun kedua pandemi Covid-19, asupan protein bagi warga yang terdampak pandemi amat dibutuhkan.
Pada tahun 2020 lalu, sekitar 7.000 kaleng "Rendangmu" lebih banyak disalurkan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri. Atas dasar itu, pengurus LazisMu di tingkat nasional dan provinsi memilih fokus mengolah daging kurban menjadi rendang kalengan.
"Setiap tahun, LazisMu Sragen menggalang dana untuk menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban. Pada momen Hari Raya Iduladha 2021 ini, Lazismu Sragen mampu menggalang dana hingga Rp500,8 juta terkumpul dari 189 shohibul kurban," papar Ronny.
Dari 189 shohibul kurban, 26 shohibul di antaranya dari kalangan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Jepang.
"Dana senilai Rp500,8 juta itu digunakan untuk membeli 28 ekor sapi kurban tipe B jenis sapi bali seharga sekitar Rp17,5 juta/ekor," lanjutnya
Setelah disembelih, kemudian dagingnya diolah menjadi rendang kalengan di sebuah perusahaan di Kota Tangerang.
"Proses produksi membutuhkan waktu selama satu bulan. Produk Rendangmu tahan hingga dua tahun. Sampai sekarang, Rendangmu hasil produksi 2020 masih ada beberapa kardus di Kantor LazisMu Sragen," ujarnya.
Sementara, Rendang dari daging kurban yang dikelola LazisMu Sragen bisa tahan hingga dua tahun kedepan.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) membuat warga tidak bisa bebas berkerumun, termasuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Untuk itu, Berkurban melalui LazisMu, Ronny menilai merupakan pilihan tepat karena warga dilarang mendatangi kerumunan.
"Kalau berkurban di LazisMu, shohibul kurban memang tidak bisa menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban. Tapi melihat penyembelihan hewan kurban itu hukumnya sunah. Daging kurban tidak harus dihabiskan pada hari Tasrik. Supaya mempunyai nilai manfaat sepanjang tahun, daging kurban diolah menjadi rendang kalengan yang tahan lama," katanya.
Ronny mengaku bersyukur meski masih pandemi Covid-19, ternyata tidak memengaruhi minat warga untuk berkurban.
"Justru perolehan dana kurban pada tahun ini naik drastis, mengingat pada Idul Adha tahun lalu LazisMu Sragen hanya mampu menggalang dana senilai Rp385 juta," pungkasnya. (Miyos_Diskominfo)