SRAGEN - Pemerintah Desa Celep, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen, manfaatkan burung hantu jenis tyto alba untuk mengurangi hama tikus yang menyerang padi petani setempat.
Sebanyak 9 pasang atau 18 ekor burung hantu yang dimiliki Pemdes Celep itu kemudian dibuatkan rumah burung hantu (rubuha) permanen berbahan seng dan besi yang dipasang di areal persawahan di wilayah Desa Celep, Kamis (16/12/2021) lalu.
Sekretaris Desa (Sekdes) Celep, Kedawung, Sumadi, mengaku bersyukur karena pengadaan 18 ekor burung hantu tyto alba yang akhirnya bisa terwujud. Selain itu pengadaan dan pemasangan rubuha juga sudah terpasang di 18 lokasi yang menyebar di wilayah Desa Celep.
"Populasi tikus di Celep masih merajalela. Dampaknya harga sawah yang biasanya dilelang setiap musim atau mangsan menjadi anjlok 50%. Bahkan lelang tanah kas desa di Celep sampai tidak laku. Banyak petani yang ganti haluan. Semula mereka berani sewa lahan sekarang dengan tikus yang merajalela mereka memilih jadi buruh bangunan," ujar Sumadi.
Sumadi menambahkan saat ini total sudah ada 24 unit rubuha lengkap dengan burungnya. Dan diharapkan bisa memberantas tikus-tikus tersebut. Dia mengatakan satu rubuha diberi satu ekor burung hantu. Biaya satu paket pemasangan rubuha dan burungnya senilai Rp3 juta, sudah termasuk potongan pajak.
"Ukuran rubuha cukup tinggi terbuat dari tiang besi setinggi 4 meter dengan ukuran pipa besi 4 dim. Rubuha dibuat dari seng sehingga awet," katanya.
Sebelumnya burung hantu itu dikarantina dalam rubuha selama 7 hari. Selama masa karantina, burung hantu itu diberi makan tikus. Sumadi juga menerangkan sifat burung hantu itu kalau sudah mengenal rumahnya dan bau kotorannya di manapun akan dicari.
"Dana senilai Rp39 juta itu sudah termasuk biaya karantina. Dengan 18 ekor burung hantu diharapkan bisa menekan serangan tikus di 350 hektare lahan pertanian di Celep," lanjutnya.
Sementara Camat Kedawung, Sragen, Nugroho Dwi Wibowo, menyampaikan serangan hama tikus di wilayah Kecamatan Kedawung hampir merata di semua desa berdasarkan laporan dari penyuluh pertanian lapangan (PPL).
"Selain itu ada desa yang berani menganggarkan untuk pengadaan burung hantu beserta rubuha. Setidaknya ada dua desa, yakni Celep dan Karangpelem. Anggaran di Karangpelem senilai Rp35 juta untuk pengadaan burung hantu dan rubuha. Sebelumnya mereka studi banding ke tempat penangkaran burung hantu di Kabupaten Sukoharjo. Seperti di Karangpelem itu yang dipasang ada delapan unit rubuha dan akan ditambah lagi," jelasnya.
Bowo menerangkan setiap desa memiliki gerakan pengendalian yang berbeda-beda, seperti gropyokan tikus dengan melibatkan semua unsur, bahkan para legislator di Kecamatan Kedawung juga ikut dalam gerakan pengendalian itu.
"Beberapa Desa yang lain di Kecamatan Kedawung masih dalam proses penganggaran dan semoga bisa segera di realisasikan di tahun 2022," harapnya. (Miyos_Diskominfo)